Antropologi
merupakan kajian ilmu yang membahas tentang budaya dan manusia. Sebagai
disiplin ilmu, antropologi sastra tidak hanya membahas tentang kebudayaan saja,
tetapi juga kebiasaan masyarakatnya. Jadi, objek dari kajan antropologi sastra
itu sendiri merupakan kajian kebudayaan masyarakat pada sebuah karya sastra.
Kajian dalam pembahasan ini menggunakan teori antropologi sastra, karena dalam
kajian ini membahas mengenai adat kebiasaan suatu masyarakat dalam sebuah karya
sastra, yaitu novel.
Menurut
Keesing (dalam Endraswara, 2013: 1-4), konsep antropologi sastra dapat dirunut
dari kata antropologi dan sastra. Kedua ilmu itu memiliki makna
tersendiri. Masing-masing sebenarnya merupakan sebuah disiplin keilmuan
humanistis. Yang menjadi bahan penelitian antropologi sastra adalah sikap dan
perilaku manusia lewat fakta-fakta sastra dan budaya. Antropologi adalah
penelitian terhadap manusia. Memang harus diakui bahwa penelitian yang dimaksud
itu sering berkembang pesat menjadi tiga arah, yaitu (1) penelitian terhadap
budaya sastrawan yang disebut antropologi pengarang, ditelaah sisi
antropologisnya dengan mewawancarai dan mengamati kehidupan budaya pengarang;
(2) penelitian teks sastra yang meneliti refleksi sastra sebagai pantulan
budaya; (3) penelitian terhadap antropologi pembaca yang secara reseptif
memiliki andil penting dalam pemaknaan sastra.
Karakteristik
penelitian antropologi sastra adalah pemahaman sastra dari sisi keanekaragaman
budaya. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa antropologi sastra adalah analisis
karya sastra yang berkaitan dengan budaya. Menurut Endraswara (2013: 24-25),
Ciri tulisan etnografi dan karya pengarang tidak jauh berbeda, yaitu (1) memuat
seluk beluk perilaku manusia, (2) bermuatan hal-hal humanistis. Kedua hal ini
membutuhkan tafsir yang jitu. Itulah sebabnya penelitian antropologi sastra
perlu selektif. Seleksi didasarkan atas keberagaman dan lokalitas sebuah karya
sastra. Tulisan antropolog tidak jauh berbeda dari karya sastra, antara lain
(1) untuk membaca kehidupan, (2) untuk memberikan suara kepada khalayak, (3)
untuk memberikan beberapa pikiran agar orang-orang sadar, misalnya Ernest
Frankson. Sama seperti cerita rakyat, melalui kantor-kantor yang baik dari
program folklife dari Smithsonian Institution, sebenarnya bertujuan melestarikan,
merangsang, dan memelihara budaya rakyat dan seni mereka.
Daftar Pustaka
Endraswara,
Suwardi. 2013. Metodologi Antropologi
Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar